BENARKAH INDONESIA ADALAH ATLANTIS YANG TENGGELAM (I)
== BENARKAH INDONESIA ADALAH ATLANTIS YANG TENGGELAM (I) ==
Bermula Dari Tulisan Plato ‘Timaeus’ dan ‘Critias’
------------------------------------------------------------------
Sejak Prof Arysio Nunes dos Santos
meluncurkan buku hasil penelitiannya yang berjudul Atlantis – The Lost
Continent Finally Found (The Definitive Localization of Plato’s Lost
Civilization), yang mengajukan hipotesis bahwa Kepulauan Indonesia-lah
sebenarnya sisa dari Benua Atlantis yang tenggelam ke dasar laut pada
masa Zaman Es Pleistosen. Geolog dan fisikawan nuklir Brazil itu, dalam
penelitiannya selama 30 tahun itu menggunakan pendekatan interdisipliner
yang tidak saja melibatkan ilmu geologi dan fisika, melainkan
menggunakan pula arkeologi, filologi, aetiologi, sejarah, antropologi,
dan etnologi.
Atlantis Menurut Plato :
---------------------------------
Gambaran tentang Atlantis yang
digunakan Arysio Santos, sebagaimana peneliti-peneliti Atlantis
sebelumnya, sepenuhnya bersumber dari catatan Plato dalam dua karyanya,
yaitu Timaeus dan Critias, yang ditafsirkan dengan asumsi-asumsi yang
dibangun Santos sehingga ia memiliki tesis bahwa letak yang tepat dan
benar dari Atlantis yang tenggelam itu adalah Indonesia sekarang ini.
Dalam bukunya yang diberi judul Timaeus, Plato bercerita sangat menarik
tentang Atlantis, yang kutipannya seperti ini:
“Di hadapan Selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat
besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya. Di depan
pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut
samudera. Itulah Kerajaan Atlantis. Ketika itu, Atlantis baru akan
melancarkan perang besar dengan Athena. Namun, di luar dugaan, Atlantis
tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam,
tenggelam sama sekali di dasar laut. Negara besar yang melampaui
peradaban tinggi itu, lenyap dalam semalam.”
Satu bagian dalam dialog buku Critias, tercatat kisah Atlantis yang
dikisahkan oleh adik sepupu Critias. Critias adalah murid dari filsuf
Socrates, tiga kali ia menekankan keberadaan Atlantis dalam dialog.
Kisah Atlantis sendiri berasal dari cerita lisan Joepe, moyang lelaki
Critias. Joepe mengaku mendengarnya dari seorang penyair Yunani bernama
Solon ( 639-559 SM). Solon adalah orang yang paling bijaksana di antara
tujuh mahabijak Yunani kuno. Menurut cerita, suatu kali ketika Solon
berkeliling Mesir. Solon bertemu pendeta dari Sais, yang menerjemahkan
sejarah Athena kuno dan Atlantis, dicatat pada papiri di hireoglif
Mesir, menjadi bahasa Yunani. Menurut Plutarch, Solon bertemu dengan
"Psenophis Heliopolis, dan Sonchis Saite, yang paling dipelajari dari
semua pendeta" (Kehidupan Solon). Dari tempat pemujaan makam leluhur ia
mengetahui legenda Atlantis. Catatan dalam dialog tentang Atlantis,
secara garis besar seperti berikut ini:
Atlantis adalah sebuah daratan raksasa di atas Samudera Atlantik di
sebelah barat Laut Tengah yang sangat jauh, sebuah surga beriklim tropis
yang penuh dengan segala jenis keindahan dan kekayaan: daratan-daratan
yang luas dan ladang-ladang yang indah, lembah-lembah dan gunung-gunung;
batu-batu permata dan logam dari berbagai jenis; kayu-kayu wangi,
wewangian, dan bahan celup yang sangat tinggi nilainya; sungai-sungai,
danau-danau, dan irigasi yang melimpah; pertanian yang paling produktif;
istana-istana bertabur emas; tembok bentengnya perak;gajah dan segala
jenis binatang buas hidup bebas; di sana tingkat peradaban manusia
sangat menakjubkan.
Atlantis memiliki pelabuhan dan kapal dengan perlengkapan yang sempurna,
juga ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya tidak
hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan Afrika. Setelah
dilanda gempa dahsyat, tenggelamlah Atlantis ke dasar laut beserta
peradabannya, juga hilang dalam ingatan orang-orang.
Menurut perhitungan versi Plato, waktu tenggelamnya kerajaan Atlantis,
kurang lebih 11.150 tahun silam. Plato pernah beberapa kali mengatakan,
keadaan kerajaan Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan
rekaan imajinasinya sendiri. Plato bahkan pergi ke Mesir minta petunjuk
pendeta dan rahib terkenal setempat waktu itu. Guru Plato yaitu Socrates
ketika membicarakan tentang kerajaan Atlantis juga menekankan
kebenarannya, karena hal itu adalah nyata, nilainya jauh lebih kuat
dibanding kisah yang direkayasa.
Dalam catatannya, Plato menulis bahwa Atlantis terhampar "di seberang
pilar-pilar Herkules". Atlantis memiliki angkatan laut yang menaklukkan
Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar
tahun 9500 SM. Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke
dalam samudra "hanya dalam waktu satu hari satu malam".
Atlantis Dalam Bahasan Filsuf Kuno :
--------------------------------------------------
Tulisan Plato tentang Atlantis, selama berabad-abad mengobsesi para
pemikir dan ilmuwan Eropa untuk membincang, mengembangkan dan menemukan
di mana letak pasti benua tersebut tenggelam. Sebab Atlantis bukan
sekedar symbol kemajuan peradaban dunia di masa lampau, melainkan yang
lebih esensial Atlantis adalah supremasi peradaban yang berusia paling
tua di dunia, yaitu peradaban tinggi ras kulit putih yang berasal dari
Atlantis yang tenggelam. Sayangnya, dalam dua dialog Plato, Timaeus dan
Critias, yang ditulis pada tahun 360 SM dan berisi referensi pertama
tentang Atlantis tidak pernah diselesaikan Plato, terutama Critias,
dengan alasan yang tak diketahui.
Peneliti Atlantis bernama Benjamin Jowett dan beberapa ahli lain,
berpendapat bahwa Plato awalnya merencanakan untuk membuat catatan
ketiga yang berjudul Hermocrates. John V. Luce mengasumsikan bahwa Plato
— setelah mendeskripsikan asal-usul dunia dan manusia dalam Timaeus,
dan juga komunitas sempurna Athena kuno dan keberhasilannya dalam
mempertahankan diri dari serangan Atlantis dalam Critias — akan membahas
strategi peradaban Helenik selama konflik mereka dengan bangsa barbar
sebagai subyek diskusi dalam Hermocrates. Empat tokoh yang muncul dalam
kedua catatan tersebut adalah politikus Critias dan Hermocrates dan juga
filsuf Socrates dan Timaeus, meskipun hanya Critias yang berbicara
mengenai Atlantis. Walaupun semua tokoh tersebut merupakan tokoh
bersejarah (hanya tiga tokoh pertama yang dibawa), catatan tersebut
dicurgai sebagai karya fiksi Plato. Dalam karya tertulisnya, Plato
menggunakan dialog Socrates untuk mendiskusikan posisi yang saling
berlawanan dalam hubungan prakiraan.
Menurut Critias, dewa Helenik membagi wilayah sehingga tiap dewa dapat
memiliki; Poseidon mewarisi wilayah pulau Atlantis. Pulau ini lebih
besar daripada Libya kuno dan Asia Kecil yang disatukan, tetapi akan
tenggelam karena gempa bumi dan menjadi lumpur yang tak dapat dilewati,
menghalangi perjalanan menyebrang samudra. Bangsa Mesir mendeskripsikan
Atlantis sebagai pulau yang terletak kira-kira 700 kilometer, kebanyakan
terdiri dari pegunungan di wilayah utara dan sepanjang pantai, dan
melingkungi padang rumput berbentuk bujur di selatan "terbentang dalam
satu arah tiga ribu stadia (sekitar 600 km), tetapi di tengah sekitar
dua ribu stadia (400 km).
Wanita asli Atlantis bernama Cleito (putri dari Evenor dan Leucippe)
tinggal disini. Poseidon jatuh cinta padanya, lalu memperistri gadis
muda itu dan melahirkan lima pasang anak laki-laki kembar. Poseidon
membagi pulau menjadi 10 wilayah yang masing-masing diserahkan pada 10
anak. Anak tertua, Atlas, menjadi raja atas pulau itu dan samudra di
sekitarnya (disebut Samudra Atlantik untuk menghormati Atlas). Nama
"Atlantis" juga berasal dari namanya, yang berarti "Pulau Atlas".
Poseidon mengukir gunung tempat kekasihnya tinggal menjadi istana dan
menutupnya dengan tiga parit bundar yang lebarnya meningkat, bervariasi
dari satu sampai tiga stadia dan terpisah oleh cincin tanah yang
besarnya sebanding. Bangsa Atlantis lalu membangun jembatan ke arah
utara dari pegunungan, membuat rute menuju sisa pulau. Mereka menggali
kanal besar ke laut, dan di samping jembatan, dibuat gua menuju cincin
batu sehingga kapal dapat lewat dan masuk ke kota di sekitar pegunungan;
mereka membuat dermaga dari tembok batu parit. Setiap jalan masuk ke
kota dijaga oleh gerbang dan menara, dan tembok mengelilingi setiap
cincin kota. Tembok didirikan dari bebatuan merah, putih dan hitam yang
berasal dari parit, dan dilapisi oleh kuningan, timah dan orichalcum
(perunggu atau kuningan).
Menurut Critias, 9.000 tahun sebelum kelahirannya, perang terjadi antara
bangsa yang berada di luar Pilar-pilar Herkules (pulau-pulau di Selat
Gibraltar), dengan bangsa yang tinggal di dalam Pilar. Bangsa Atlantis
menaklukan Libya sampai sejauh Mesir dan benua Eropa sampai sejauh
Tirenia, dan menjadikan penduduknya budak. Orang Athena memimpin aliansi
melawan kekaisaran Atlantis, dan sewaktu aliansi dihancurkan, Athena
melawan kekaisaran Atlantis sendirian, membebaskan wilayah yang
diduduki. Namun, nantinya, muncul gempa bumi dan banjir besar di
Atlantis, dan hanya dalam satu hari satu malam, pulau Atlantis tenggelam
dan menghilang.
Selain Timaeus dan Critias, tidak terdapat catatan kuno mengenai
Atlantis, yang berarti setiap catatan mengenai Atlantis lainnya pasti
berdasarkan catatan Plato. Banyak filsuf kuno menganggap Atlantis
sebagai kisah fiksi, termasuk (menurut Strabo) Aristoteles. Namun,
terdapat filsuf, ahli geografi dan sejarawan yang percaya akan
keberadaan Atlantis. Filsuf Crantor, murid dari murid Plato, Xenocrates,
mencoba menemukan bukti keberadaan Atlantis. Karyanya, komentar
mengenai Timaeus, hilang, tetapi sejarawan kuno lainnya, Proclus,
melaporkan bahwa Crantor berkelana ke Mesir dan menemukan kolom dengan
sejarah Atlantis tertulis dalam huruf heroglif. Plato tidak pernah
menyebut kolom tersebut. Menurut filsuf Yunani, Solon melihat kisah
Atlantis dalam sumber yang berbeda yang dapat "diambil untuk diberikan".
Bagian lain dari komentar abad ke-5 Proclus mengenai Timaeus memberi
deskripsi geografi Atlantis. Menurut mereka, terdapat tujuh pulau di
laut tersebut pada saat itu, tanah suci untuk Persephone, dan juga tiga
lainnya dengan besar yang sangat besar, salah satunya tanah suci untuk
Pluto, lainnya untuk Ammon, dan terakhir di antaranya untuk Poseidon,
dengan luas ribuan stadia. Penduduknya—mereka menambah—memelihara
ingatan dari nenek moyang mereka mengenai pulau besar Atlantis yang
pernah ada dan telah berkuasa terhadap semua pulau di laut Atlantik dan
suci untuk Poseidon. Kini, hal tersebut telah ditulis Marcellus dalam
Aethiopica. Marcellus masih belum diidentifikasi. Sejarawan dan filsuf
kuno lainnya yang mempercayai keberadaan Atlantis adalah Strabo dan
Posidonius
Bersambung.....
Oleh : K.Ng. H.Agus Sunyoto
0 komentar:
TERIMAKASIH SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG KAMI